Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku…!
Disanalah Aku Berdiri, Jadi Pandu Ibuku..!
Indonesia Kebangsaanku, Bangsa Dan Tanah Airku…
Marilah Kita Berseru…Indonesia Bersatu…!
Hiduplah Tanahku…Hiduplah Negeriku…Bangsaku
Rakyatku
Semuanya
Bangunlah Jiwanya…Bangunlah Badannya Untuk Indonesia Raya…!
Indonesia Raya…Merdeka ! Merdeka !
Indonesia Raya...Tanah ku Negeri ku yang ku cinta...
Indonesia Raya..Merdeka ! Merdeka !
Hiduplah Indonesia Raya...
Tahu kah kalian
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf
Soepratman dengan jelas menuliskan “…Lagu Kebangsaan…” di bawah judul
Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali
oleh surat kabar Sin Po. Setelah dikumandangkan tahun 1928, pemerintah
kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi
Indonesia Raya. Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka
ikuti lagu itu dengan mengucapkan “Mulia, Mulia!”, bukan “Merdeka,
Merdeka!” pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu
itu sebagai lagu kebangsaan. Lirik lagu Indonesia diatas adalah
official lyric versi tahun 1958.
Dengan mendalami satu per satu dalam setiap bait demi bait sajak lagu
Indonesia Raya, kita akan menemukan semangat Cinta Tanah Air yang
tinggi dan mulia yang coba ditularkan oleh Wage Rudolf Supratman dan
segenap pahlawan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang mencita-citakan
tegaknya pemerintahan yang berdaulat, berdirinya negara yang dibangun
dan dipelihara oleh orang Indonesia asli, oleh anak-anak ibu pertiwi
yang siap menjadi pandu bagi ibunya. Lihatlah bagian sajak berupa
seruan untuk bersatu, untuk mendoa akan kebahagiaan negeri yang juga
merupakan kebahagiaan rakyatnya, dan janji keabadian negeri ini…lagu
Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan ibarat lagu pujian, rasa syukur,
serta doa yang dikumandangkan segenap rakyat Indonesia kepada Tuhan
yang Maha Kuasa, sehingga akhirnya tercapailah kemerdekaan yang
didamba-dambakan itu..
Kini, setelah roda waktu menggilas negeri ini, telah 65 tahun sudah
Indonesia berusaha mengisi kemerdekaannya.. untaian kata-kata yang
memiliki mukzizat dalam mempersatukan perjuangan pemuda Indonesia pada
28 Oktober 1928, yang bertuah menjadikan Indonesia merdeka pada tahun
1945 kini telah kehilangan kekuatannya, kehilangan mukzizat dan daya
saktinya untuk mempersatukan bangsa sehingga perpecahan atas nama agama,
suku, dan ras makin sering terjadi, kedaulatan bangsa dikoyak-koyak
luar dalam…
Kumandang lagu Indonesia Raya saat kini tidak lagi terasa
kesakralannya. Di upacara-upacara institusi sekolah maupun instansi
pemerintah, koor Indonsia Raya hanya formalitas belaka karena sebagian
besar peserta lebih asyik mengobrol. Dalam kenyataannya justru lagu-lagu
yang dapat lebih dihayati oleh masyarakat sekarang adalah lagu-lagu
komersial dengan tema yang monoton dan tidak membangun jiwa bangsa .
Tema-tema yang menginspirasi masyarakat jatuh dalam dunnia cinta
individual dan menjauh dari rasa cinta tanah air. Ketika lagu Indonesia
Raya dikumandangkan, mereka tidak lagi merasakannya sebagai suatu lagu
yang khusus sifatnya, tapi merasakannya sama seperti lagu lainnya.
(Padahal lagu lainnya sedikit yang berjiwa kebangsaan) Kehilangan arti
dan makna dari lagu kebangsaan dalam waktu yang lama berakibat
memperlemah jiwa kebangsaan, dan menurunnya rasa berbangsa dan
bernegara. Lemahnya nasionalisme pada sebagian bersar warga negara, akan
berdampak pada kewibawaan negara yang semakin jatuh, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.
..Di ruang maya yang ada ini, kami berupaya memaknai kembali makna
lagu Indonesia raya dan menggali kesakralan kata-katanya…
“Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku…Disanalah aku
berdiri, jadi pandu ibuku”
Menanamkan rasa memiliki negeri, Tanah Air Indonesia adalah tempat
untuk berkarya dan berdarma bakti warga negara Indonesia dengan kerja
keras membanting tulang, menguras keringat dan air mata, sampai
menumpahkan darah. Sikap setiap warga terhadap ibu pertiwi atau tanah
air Indonesia selayaknya sikapnya terhadap ibu kandung.
” Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan tanah airku. Marilah kita
berseru, Indonesia bersatu ..!”
Setiap warga negara Indonesia, berusaha sedapat mungkin
menjauhkan semua hal yang dapat memecah belah Indonesia dan sebagai
seruan untuk mengingat persatuan adalah kunci untuk keabadian NKRI.
“Hiduplah tanahku, Hiduplah negeriku, Bangsaku, Rakyatku
semuanya, Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia
Raya..”
Seruan yang mengingatkan setiap warga negara Indonesia untuk
senantiasa mendoakan negeri ini agar tidak berhenti memberikan kehidupan
turun temurun kepada anak negerinya. Harapan agar generasi penerus
kelak akan melanjutkan kedaulatan negeri ini dengan Jiwa dan Raga yang
telah terbangun. Bangun jiwa diletakkan lebih dahulu dengan maksud warga
negara Indonesia haruslah lebih mengutamakan membangun jiwa
kebangsaan, ruh nasionalisme, semangat berbangsa dan bernegara, mental
spiritual dengan sangat prima, dan menjadi prioritas utama, baru
membangun fisik berupa teknologi, infrastruktur, kemapanan hidup
masyarakatnya.
“Indonesia Raya merdeka merdeka, Tanahku negeriku yang kucinta
(2x)” Berupa doa dan harapan dari bangsa indonesia yang mencintai
negerinya agar senantiasa merdeka dari berbagai bentuk penindasan
kemanusiaan, seluruh wilayah Indonesia harus benar-benar merdeka, tidak
ada lagi penjajahan, penyerobotan dari pihak asing, tidak ada
penguasaan daerah oleh pihak asing.
” Hiduplah Indonesia Raya .. “
Oleh, Andwi Pangestu -dikutip dari-Dwi P. Ganatri, ( memaknai kemerdekaan )